Pada jaman Mataram I, tersebutlah seorang raja yang bijaksana yang
bernama Prabu Sowelocolo. Ia memiliki enam orang putra, masing-masing
bernama Sri Moho Punggung, Sendang Garbo, Sarungkolo, Tunggul Ametung,
Sri Getayu, dan Sri Panuhun.
Sri Panuhun memiliki seorang cucu, anak dari Joko Panuhun atau Joko
Pramono yang bernama Roro Dilah atau Roro Wetan yang kemudian dikenal
dengan sebutan Nyai Bagelen.
Roro Dilah juga dapat disebut dengan Roro
Wetan karena kedudukannya di daerah timur. Sri Getayu memiliki cucu dari
putra Kayu Mutu bernama Awu-Awu Langit. Ia berkedudukan di Awu-Awu
(Ngombol). Setelah dewasa, Roro Dilah menikah dengan Raden Awu-Awu
Langit dan menetap di Hargopuro atau Hargorojo.
Dari pernikahan tersebut, Roro Dilah atau Roro Wetan dan Pangeran
Awu-Awu Langit dianugrahi tiga orang putra, Bagus Gentha, Roro Pitrang
dan Roro Taker.
Kesibukan Roro Wetan dan Awu-Awu Langit adalah bertani padi, ketan,
dan kedelai, beternak sapi, ayam dan juga menenun. Konon karena tanahnya
cocok untuk ditanami kedelai dan hasilnya melimpah maka wilayah
tersebut dikenal dengan nama Medang Gelih atau Padelen dan sekarang
disebut dengan Bagelen.
Roro Wetan atau Nyai Ageng Bagelen sosoknya tinggi besar dengan
rambut terurai dan senang memakai kemben lurik. Beliau memiliki
keistimewaan berupa kemampuan spiritualnya dan juga payudaranya yang
sangat panjang sehingga ketika putra-putrinya ingin “ngempeng”, ia
tinggal menyampirkan ke belakang.
Pada suatu ketika, Nyai Ageng Bagelen sedang asik menenun.
Sebagaimana biasanya, ia menyampirkan payudaranya ke belakang supaya
tidak mengganggu. Tidak disangka-sangka datang “pedhet” (anak sapi) menghampirinya,
Nyai Ageng Bagelen mengira itu salah satu putra-putrinya yang ingin
“ngempeng”. Tanpa menghiraukan kedatangan “pedhet” tersebut ia terus
asik menenun. Terkejutlah ia ketika menoleh, ternyata yang menyusu
bukanlah anaknya tetapi “pedhet” itu.
Kejadian tersebut membuat Nyai Ageng Bagelen merasa malu dan marah,
sehingga menyebabkan pertengkaran dengan Raden Awu-Awu Langit. Dan
akhirnya ia menyampaikan pesan “supata/ wewaler” untuk semua anak cucu
beserta keturunannya, agar atau jangan tidak memelihara sapi.
Peristiwa yang memilukan atau menyedihkan juga terjadi kembali pada
hari Selasa Wage. Pada waktu itu masih musim panen kedelai dan padi
ketan hitam. Kedua putrinya Roro Pitrang dan Roro Taker masih senang
bermain-main. Namun tidak sebagaimana biasanya, hingga sore hari kedua
putri itu tidak kunjung pulang.
Selesai menenun Nyai Ageng Bagelen berusaha mencari. Karena tidak
menemukannya, ia menanyakan kepada suaminya. Namun jawaban Raden Awu-Awu
Langit sepertinya kurang mengenakan. Dengan perasaan marah dan jengkel
“disongkelah” padi ketan hitam dan kedelai di dalam lumbung sehingga
isinya berhamburan terlempar jauh hingga jatuh di desa Katesan dan
Wingko Tinumpuk.
Betapa terkejutnya Nyai Ageng Bagelen ketika melihat kedua putri
kesayangannya terbaring lemas pada lumbung padi tersebut. Setelah
didekati ternyata mereka telah meninggal.
Semenjak peristiwa tersebut kehidupan Nyai Ageng Bagelen dengan Raden
Awu-Awu Langit selalu diwarnai dengan pertengkaran. Akibatnya Raden
Awu-Awu Langit memutuskan untuk pulang ke daerahnya, Awu-Awu, sedangkan
Nyai Ageng Bagelen tetap tinggal di Bagelen untuk memerintah negeri.
Suatu ketika terdengar kabar bahwa Raden Awu-Awu Langit meninggal di
desa Awu-Awu. Mendengar berita tersebut Nyai Ageng Bagelen merasa sedih
dan berpesan kepada Raden Bagus Gentha bahwa anak cucu keturunannya
dilarang atau berpantangan untuk bepergian atau jual beli, mengadakan
hajad pada hari pasaran Wage, karena pada hari itu saat jatuhnya bencana
dan merupakan hari yang naas. Selain itu orang-orang asli Bagelen juga
berpantangan untuk menanam kedelai, memelihara lembu, memakai pakaian
kain lurik, kebaya gadung melati dan kemben bagau tulis.
Setelah Nyai Ageng Bagelen menyampaikan pesan tersebut kepada Raden
Bagus Gentha putranya, ia kemudian masuk ke kamarnya dan lemudian
menghilang tanpa meninggalkan bekas atau “moksa”.
Selain itu Nyai Ageng Bagelen juga mengajarkan kepada anak cucu
keturunannya agar melakukan tiga hal, yaitu: bersikap jujur,
berpenampilan sederhana dan lebih baik memberi dari pada meminta.
Sepeninggalan Nyai Ageng Bagelen, kedudukan dan pemerintahan Bagelen digantikan oleh Raden Bagus Gentha.
Dan selanjutnya Raden Bagus Gento menggantikan kedudukannya memerintah daerah Bagelen.
Raden bagus Gento mempunyai anak yang bernama Kyai Rodjo Pandito, yang setelah meninggal dimakamkan di desa Margorejo. Kyai Rodjo Pandito mempunyai putra yang bernama Dewi Rengganis dan makamnya di desa Semono.
Raden bagus Gento mempunyai anak yang bernama Kyai Rodjo Pandito, yang setelah meninggal dimakamkan di desa Margorejo. Kyai Rodjo Pandito mempunyai putra yang bernama Dewi Rengganis dan makamnya di desa Semono.
Komplek petilasan Nyai Bagelen terdapat sejumlah makam kuno dan peninggalan sejarah Buddha yang berupa stupa-stupa berjumlah sembilan buah dengan masing-masing ukuran stupa yang berbeda dan dinyatakan sebagai peninggalan sejarah purbakala yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Jika diantara kalian ada yang menginginkan kelanjutan cerita ini, bisa mencari sesorang yang masih Keturunan dari Nyi Bagelen.....kalau tidak salah masih Canggah nya.....
dan mereka bisa di temui di suatu Pesantren Tertutup dan terpencil yang berada di Desa yang bernama Desa Brenggong Jambul, Beliau kakak beradik dan beliau bernama Gus Anshor dan Ibu Nikmah.
4 comments:
Nyai roro wetan sudah hadir ada di daerah tengah di titik bandung
Nyi Raden
Bagelen itu anak dari Wira Dadaha3 alias dalem sawidak Sukapura Tasikmalaya,
1. Dewi Sekarwangi
2. Dewi Ambet Kasih
3. Dewi Subang Larang
4. Dewi Kentring Manik MAYANG SUNDA
5. Dewi Gandasari
6. Dewi Arimbi
7. Dewi Damar Wulan
8. Dewi Ibu Ratu Kidul
9. Dewi Kalinyamat
10. Dewi Ageng Peniti
11. Dewi Bagelen
12. Dewi Panca Wati
13. Dewi Sartika
14. Dewi Mayang Sari
15. Dewi Ratna Inten
16. Dewi Nawang Wulan
17. Dewi Rara Santang
Saya ingin tau silsilah keturunan saya, yang saya tau kakek buyut saya bernama raden ranusastro, tetapi tidak tau anak dari siapa, yang saya tau masih keturunan dari nyi bagelen.....
Post a Comment