Wednesday, August 17, 2011

Patung WR Supratman



Patung WR Soepratman di prapatan Pantok, Purworejo


Hari ini, 17 Agustus 2011 kita mengibarkan bendera Merah Putih dan Menyanyikan lagu Indonesia Raya, dalam rangka memperingati HUT RI yang ke-66. Tapi 73 tahun lalu tepat di tanggal yang sama, 17 Agustus 1938, pencipta lagu kebangsaan kita tersebut wafat di Surabaya. Almarhum yang asal Somangari Kec. Kaligesing itu sama sekali tak menduga, Indonesia merdeka yang diperjuangkan lewat lagunya, menjadi kenyataan 7 tahun setelah kepergiannya.
Patung ini terletak di timur kota Purworejo,yang saat ini lebih di kenal dengan “Perempatan Pantok”.
patung ini sengaja di bangun untuk  mengenang jasa WR.SUPRATMAN yang merupakan salah seorang pahlawan nasional yang berasal dari Purworejo,beliau telah berjasa menciptakan lagu kebangsaan negara kita yaitu INDONESIA RAYA .
 
WR.SUPRATMAN lahir di desa Somongari kecamatan Kaligesing,yaitu sebuah desa kkecil yang sangat indah,sejuk dan dingin karena terletak di pegunungan,dan merupakan sentra durian dan manggis yang terkenal,oleh karena itu untuk mengenangmya pemerintah kabupaten Purworejo membangun tugu ini dengan sosok pria berkaca mata bundar,dan memegang biola di tangan kirinya dan menghadap ke selatan…
DESA Somangari terletak 12 Km sebelah tenggara kota Purworejo. Lokasinya berada di pinggang gunung, sehingga jalan raya menuju desa itu berkelak-kelok dan turun naik di antara jurang-jurang nan dalam. Sebelum tahun 1970 masuk desa tersebut harus dengan jalan kaki, karena kendaraan umum hanya sampai Desa Kemanukan, 5 Km sebelah barat Somangari. Dan siapa menduga, desa yang sepi “adoh ratu cedhak watu” tersebut 108 tahun lalu telah mengukir sejarah indah. Almarhum WR Soepratman yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya di tahun 1924, lahir di desa tersebut pada hari Kemis Wage, 19 Maret 1903.


 Rumah tempat kelahiran WR Soepratman di dukuh Trembelang, masih di pugar


Desa Somangari kini sudah lumayan rame, menikmati listrik sejak tahun 1985-an. Penduduknya yang berjumlah sekitar 3.000 jiwa (800 KK) itu bekerja sebagai petani, mengurus kebon manggis, duren, dan langsep. Saban musim panen tiba, buah-buahan Somangari dipasarkan ke Pasar Baledana, Purworejo, juga termasuk sejumlah kota semisal Semarang, Purwokerto, Surabaya dan Jakarta. Angkutan umum kini sampai di depan kantor Lurah.


Napak Tilas Tempat lahir WR Supratman

Dukuh Trembelang tempat petilasan WR Supratman kini juga sudah bisa dilewati mobil, jalannya telah beraspal. Namun untuk menuju ke monumen rumah kelahirannya, mobil hanya bisa parkir depan gapura. Selanjutnya harus ditempuh dengan jalan kaki, lantaran jalanan menanjak dan berkelok-kelok sepanjang 500 meter. Namun demikian kondisi ini sudah jauh lebih baik, karena di masa kecil WR Soepratman, Mbok Senen (dieja sebagaimana mengucap oven – Admin) ibunya manakala hendak ke Purworejo harus jalan kaki sejauh 12 km!

 Tempat petilasan alm WR Soepratman saat dilahirkan tahun 1903, hingga kini masih bisa dijumpai. Pada era Bupati Purworejo H. Kelik Sumrahadi, S.Sos, rumah tersebut dipugar, dijadikan monument dengan biaya Rp 400 juta. Subagio (44), Kades/Lurah Somangari menjelaskan, khusus rumah petilasan alm WR Soepratman menelan biaya Rp 71 juta, tembok tebing gunung (talud) Rp 60 juta, gapura dan jalan bertrap-trap menuju monument Rp 46 juta, jalan aspal Rp 212 juta. Total  menghabiskan dana sekitar Rp 400 juta. 


 Darto Untung di depan kuburan ari-ari almarhum WR Soepratman


 Meski rumah lama dibongkar, tetapi penggantinya dibuat sama, baik bentuk maupun ukurannya. Genting tetap model plentong, sedangkan dinding anyaman bambu (dabag) diganti dengan gebyok berkeliling. Bahkan dua buah tiang lama juga dipasang lagi pada bangunan monumen tersebut. Posisi rumah juga tetap menghadap ke selatan.
Monument kelahiran WR Soepratman sejatinya telah dirancang sejak taun 1985-an. Tapi lantaran tempat kelahiran itu masih menjadi polemik, di Jatinegara (Jakarta) ataukah Somangari (Purworejo), rancangan ditunda dulu. Setelah Pengadilan Negeri Purworejo menetapkan lewat keputusan No. 04/Pdt.P/ 2087/PN PWR, tanggal 29 Maret 2007 bahwa WR Soepratman lahir di Desa Somangari, baru monument mulai dibangun oleh Pemda Purworejo sejak September 2007.
Bukti-bukti dan saksi memang menguatkan bahwa alm WR Soepratman lahir di Desa Somangari. Bekas kuburan embing-embing atau ari-ari (placenta) almarhum, hingga kini masih rapi terpelihara, berwujud gundukan tanah dekat pondasi rumah yang berupa batu, kemudian dikrapyak (pagar) bambu. Harap dimaklumi, di masa itu terdapat kepercayaan bahwa bayi perempuan ari-arinya dikubur di sebelah kiri pintu, sedangkan bayi lelaki di sebelah kanan pintu.

Kartodikromo, orangtua lelaki WR Soepratman berasal dari Godean, tentara KNIL pangkat sersan. Ketika mbok Senen istrinya hamil tua, sengaja disuruh pulang ke Somangari untuk bersalin di kampung.


 Sumber : Kang Darso






No comments:

Kembali ke Laptop